Tuapejat – Rokot No.KM 6, Dusun Karang Anyar, Sipora Jaya, Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat 25392
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Manaita Mentawai
Batik Mentawai merupakan wujud transformasi seni dan budaya Suku Mentawai, yang mengubah motif-motif tradisional Mentawai—terutama tato (atau titi)—dari kulit manusia ke media kain. Karya seni ini dikembangkan sebagai produk oleh-oleh khas, terutama di daerah sentra seperti Tuapejat (Sipora Utara) dan Siberut Selatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Batik Mentawai tidak hanya sekadar pakaian, tetapi menjadi sarana efektif untuk melestarikan dan mengenalkan filosofi hidup Suku Mentawai, yang dikenal sebagai salah satu suku tertua di Indonesia, kepada dunia luar.
Ciri khas utama dan terpenting dari Batik Mentawai terletak pada motifnya yang diadopsi dari tato Mentawai. Tato Mentawai tidak hanya hiasan, melainkan busana abadi yang menyimpan makna sakral, menunjukkan identitas, status sosial, dan hubungan harmonis dengan alam. Beberapa motif tato yang sering dituangkan ke dalam batik antara lain: Lokpok (dedaunan) yang melambangkan dewa pemberi kesuburan, Sibalubalu (bintang) yang merupakan simbol penjaga kesehatan Sikerei, hingga motif Jaraik, Uma Adat Mentawai, dan gambar binatang yang mencerminkan kepiawaian berburu.
Secara teknis, sebagian besar produk yang diproduksi oleh kelompok usaha di Mentawai, seperti KUB Toroiji dan sentra lainnya, adalah batik tulis. Proses pembuatannya dikenal rumit dan memakan waktu, dimulai dari proses mencanting, pewarnaan, penggunaan waterglass untuk mengunci warna, hingga pelorodan. Dalam hal pemilihan warna, pengrajin batik Mentawai umumnya menggunakan warna-warna cerah seperti merah, biru, dan kuning. Warna-warna terang ini dipilih untuk menarik minat konsumen dan memberikan kesan yang hidup, meski sebagian besar pewarna yang digunakan masih berupa pewarna sintetis.
Pengembangan Batik Mentawai mendapat dukungan kuat dari pemerintah daerah dan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Mentawai sebagai upaya peningkatan ekonomi kreatif lokal. Dengan mengangkat tato Mentawai sebagai sumber ide utama, batik ini berhasil menciptakan keunikan yang tak tertandingi oleh batik dari daerah lain. Peningkatan permintaan yang signifikan—terutama dari guru, pegawai, dan wisatawan—menunjukkan bahwa Batik Mentawai berhasil diterima, tidak hanya sebagai cendera mata, tetapi juga sebagai kebanggaan budaya yang berpotensi terus berkembang dan menjadi daya saing daerah di kancah nasional maupun internasional.