Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat Sijunjung
Tenun Perkampungan Adat adalah warisan budaya tak benda yang secara spesifik berasal dan diproduksi di Perkampungan Adat Nagari Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Nama “Perkampungan Adat” sendiri merujuk pada kawasan permukiman tua yang masih mempertahankan bentuk arsitektur rumah gadang dan tatanan adat Minangkabau yang otentik. Tenun ini memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat setempat; ia digunakan sebagai pakaian kebesaran adat dan kelengkapan ritual dalam upacara-upacara besar, seperti prosesi pernikahan, penobatan gelar adat, dan penyambutan tokoh penting.
Ciri khas Tenun Perkampungan Adat terlihat dari desainnya yang kaya akan filosofi lokal. Motif-motif yang terukir di atas kain didominasi oleh pola-pola tradisional Minangkabau, seperti motif pucuk rebung yang melambangkan pertumbuhan dan kehidupan, motif siku-siku yang merefleksikan kepatuhan pada aturan adat, serta motif saik galamai (potongan kue galamai) yang melambangkan persatuan dan kekerabatan. Sementara itu, palet warna tenun tradisionalnya didominasi oleh warna-warna yang kuat dan agung, yakni merah tua, hitam, dan emas, di mana penggunaan benang emas atau perak menjadi penanda kemuliaan dan status sosial pemakainya.
Proses produksi Tenun Perkampungan Adat ini masih secara konsisten mempertahankan teknik kuno dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Teknik manual ini memerlukan ketelitian, kesabaran, dan waktu pengerjaan yang lama, menjadikan setiap helai kain memiliki nilai artistik dan kualitas yang tinggi. Di Perkampungan Adat Sijunjung, keterampilan menenun ini sebagian besar dikuasai dan dilestarikan oleh para perempuan yang mewariskannya dari generasi ke generasi. Praktik menenun ini tidak hanya mempertahankan tradisi kerajinan tangan, tetapi juga menjaga identitas kultural Nagari Sijunjung.
Saat ini, Tenun Perkampungan Adat telah bertransformasi menjadi salah satu produk unggulan ekonomi kreatif Kabupaten Sijunjung. Meskipun akarnya tetap dalam kebutuhan adat, produk tenun ini telah dikembangkan menjadi berbagai produk modern, seperti syal, tas, dan busana kontemporer, untuk meningkatkan daya saing di pasar yang lebih luas. Melalui upaya pelestarian yang didukung oleh pemerintah dan komunitas lokal, Tenun Perkampungan Adat tidak hanya terus hidup sebagai tradisi, tetapi juga menjadi duta budaya yang memperkenalkan keunikan dan keindahan Nagari Sijunjung ke tingkat nasional maupun internasional.